ARTICLE AD BOX
Manila -
Polisi Filipina menangkap buron FBI, Pendeta Apollo Quiboloy, yang merupakan salah satu pendeta berpengaruh di negara itu. Pendeta itu ditangkap karena diduga terlibat dalam perdagangan seks anak dan sejumlah kejahatan lain.
Penangkapan ini dilakukan setelah proses pengepungan yang memakan waktu. Berikut tiga fakta pendeta Apollo Quiboloy buruan FBI yang ditangkap Filipina:
Kasus yang Jerat Pendeta Apollo Quiboloy
Dilansir BBC, Reuters dan CNN, Senin (9/9/2024), Apollo Quiboloy dituduh memperdagangkan para pengikutnya ke Amerika Serikat (AS). Para pengikutnya itu masuk ke AS dengan visa palsu dan dipekerjakan untuk meminta sumbangan demi kegiatan amal palsu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menuding bahwa 'setan' berada di balik kesengsaraan hukumnya. Dia kemudian mengatakan bahwa dia tidak ingin Biro Investigasi Federal AS atau FBI 'mencampuri' kasusnya.
Pada April silam, Quiboloy mengatakan bahwa dia 'melindungi' dirinya sendiri dengan bersembunyi dari pihak berwenang. Dia mengklaim dirinya tidak bersalah.
"Saya tidak bersembunyi dari tuduhan itu karena saya bersalah. [Tuduhan] itu tidak benar. Saya hanya melindungi diri saya sendiri," kata Quiboloy.
Quiboloy telah menjadi buronan selama 3 tahun terakhir. Quiboloy dijerat dakwaan yang diungkap ke publik sejak tahun 2021 lalu di Amerika Serikat.
Dia dan kaki tangannya dituduh menjalankan jaringan perdagangan seks yang memaksa anak-anak perempuan dan wanita muda berhubungan seks dengannya di bawah ancaman 'kutukan abadi' selama hampir 15 tahun. FBI juga menuduh Quiboloy mewajibkan para asisten pribadinya, yang disebut 'pastorals', untuk melakukan hubungan seks dengannya.
Pada Januari 2022, FBI merilis poster buronan yang mencari informasi tentang keberadaan Quiboloy. Maret 2024, Kejaksaan Agung Filipina mengajukan dakwaan soal perdagangan manusia dan pelecehan seksual terhadap Quiboloy, karena dia diduga melecehkan seorang remaja perempuan pada tahun 2011. Pengadilan di Amerika Serikat dan Filipina telah mengeluarkan surat perintah penangkapannya.
Proses Pengepungan hingga Penangkapan
Penangkapan Quiboloy tidak dilakukan dalam hitungan jam. Ribuan polisi harus dikerahkan ke sebuah kompleks religius dan melakukan pengepungan berhari-hari untuk mencari Quiboloy.
Quiboloy diyakini bersembunyi di dalam kompleks seluas 30 hektare miliknya yang bernama Kerajaan Yesus Kristus (KOJC). Di dalam kompleks itu, terdapat sekitar 40 bangunan termasuk katedral, sekolah bahkan hanggar.
Polisi telah memburu Quiboloy selama berbulan-bulan. Namun, Quiboloy pernah sesumbar dengan menyebut bahwa dia 'tidak akan tertangkap hidup-hidup'.
Polisi pun menyerbu kompleks KOJC pada Sabtu (24/8) malam. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa polisi sempat menggunakan gas air mata untuk membubarkan para pengikut Quiboloy.
Juru bicara kepolisian Davao, Mayor Catherina dela Rey, mengatakan kepada Rappler bahwa para pendukung Quiboloy menjadi 'sulit diatur dan melakukan kekerasan'. Mereka memblokade sebagian jalan raya utama untuk mengganggu akses lalu lintas menuju kompleks tersebut.
Para pendukungnya juga bersikeras menyebut Quiboloy tidak bersalah dan menganggap tuduhan terhadap pendeta itu dibuat-buat. Seorang pendukungnya juga meninggal di tengah penggerebekan polisi karena serangan jantung.
Mayor dela Rey mengatakan pihaknya meyakini bahwa Quiboloy bersembunyi di sebuah bunker bawah tanah. Hal itu didasari hasil pemantauan dengan peralatan yang dapat mendeteksi kehadiran orang di balik tembok berdasarkan detak jantung mereka.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.