ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pager-pager dan walkie talkie yang digunakan oleh milisi meledak secara tiba-tiba hingga menewaskan 37 orang. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyoroti ledakan tersebut.
PBB memperingatkan menanam peledak di dalam objek sipil, melanggar hukum kemanusiaan internasional. PBB mengecam peristiwa yang terjadi pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9) waktu setempat.
Israel diduga kuat mendalangi ledakan massal yang melanda perangkat komunikasi yang digunakan oleh anggota Hizbullah, kelompok yang bermarkas di Lebanon dan didukung Iran itu. Pager atau penyeranta dan walkie-talkie meledak ketika para penggunanya sedang berbelanja di supermarket, sedang berjalan di jalanan, dan sedang menghadiri pemakaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hukum kemanusiaan internasional melarang penggunaan perangkat jebakan dalam bentuk benda portabel yang tampaknya tidak berbahaya," tegas Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, Volker Turk, saat berbicara di hadapan Dewan Keamanan PBB, seperti dilansir AFP, Sabtu (21/9/2025).
Kejadian itu memicu kepanikan dan membuat warga Lebanon dihantui ketakutan.Tel Aviv sejauh ini belum berkomentar langsung soal insiden ledakan massal di Lebanon itu.
PBB Anggap Kejahatan Perang
Pada Jumat (20/9), Dewan Keamanan PBB menggelar sesi darurat yang diajukan oleh Aljazair, untuk membahas situasi terkini di Lebanon.
"Melakukan kekerasan yang dimaksudkan untuk menyebarkan teror di kalangan warga sipil merupakan kejahatan perang," ucap Turk memperingatkan
Dia mengulangi kembali seruannya untuk dilakukannya penyelidikan yang "independen, ketat dan transparan".
Otoritas Lebanon menyalahkan Israel atas rentetan ledakan massal di wilayahnya itu, dan menyebut perangkat komunikasi itu dipasangi peledak sebelum memasuki negaranya. Hizbullah telah bersumpah akan membalas Israel, dan telah meluncurkan penyelidikan internal terhadap insiden tersebut.
"Saya terkejut dengan luasnya dan dampak dari serangan tersebut," ujar Turk dalam pernyataannya.
"Serangan-serangan ini mewakili perkembangan terbaru dalam peperangan, di mana alat komunikasi menjadi senjata. Ini tidak boleh menjadi new normal," tegasnya.
(dek/dek)