ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pembicaraan mengenai gencatan senjata di wilayah Gaza akan digelar di Doha, Qatar. Namun, perwakilan Hamas mengaku enggan untuk menghadiri pertemuan tersebut.
"Melakukan perundingan baru memungkinkan pendudukan untuk menerapkan persyaratan baru dan menggunakan labirin negosiasi untuk melakukan lebih banyak pembantaian," kata pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, dilansir Al-Jazeera, Kamis (15/8/2024).
Perundingan itu akan digelar hari ini di Doha, Qatar. Pertemuan itu akan melibatkan pejabat dari Israel, Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laporan dari Al-Jazeera menyebutkan Hamas skeptis terhadap kesepakatan yang akan dihasilkan dalam perundingan di Gaza. Hamas ingin para mediator kembali ke kerangka awal kesepakatan yang disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada bulan Mei silam. Saat itu Biden menyebut gencatan senjata bisa terwujud jika seluruh sandera dibebaskan.
Netanyahu Kirim Bos Mossad Jadi Delegasi
Sikap berbeda ditunjukkan Israel. Davide Barnea selaku Direktur Mossad dan Kepala Dinas Keamanan Israel,Shit Bet Ronen Bar akan menjadi delegasi Israel dalam perundingan tersebut.
"Kepala Mossad, Kepala Shin Bet, Nitzan Alon dan Ophir Falk akan menjadi delegasi Israel untuk pertemuan Kamis di Qatar," kata Juru Bicara Perdana Menteri Israel, Omar Dostri, dilansir AFP, Rabu (14/8).
Dalam perundingan itu akan membahas mengenai persoalan sandera yang masih ditahan oleh Israel dan Hamas. Selain pimpinan Mossad, penasihat politik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Ophir Falk, juga akan ikut dalam pertemuan di Qatar.
Benjamin Netanyahu diketahui telah mengkonfirmasi bahwa tim Israel akan menghadiri pembicaraan di Doha. Para mediator akan mencoba menengahi gencatan senjata perang Gaza dan pembebasan sandera.
"Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menyetujui keberangkatan delegasi Israel ke Doha besok, serta mandat untuk melakukan perundingan," bunyi pernyataan dari kantornya.
(ygs/ygs)