ARTICLE AD BOX
Kyiv -
Kepala Intelijen Ukraina, Kyrylo Budanov, mengatakan bantuan militer yang diberikan Korea Utara kepada Rusia, termasuk sejumlah besar amunisi, merupakan yang paling merusak bagi Ukraina. Menurutnya, Korut adalah sekutu Rusia yang menimbulkan masalah besar bagi Ukraina.
Dilansir AFP, Minggu (15/9/2024), Budanov berbicara di sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Victor Pinchuk Foundation di Kyiv. Dia menjawab pertanyaan tentang dukungan dari sekutu Rusia lainnya, Iran dan Tiongkok.
"Masalah terbesar kami dari semua sekutu Rusia ini adalah dari Korea Utara. Karena dengan volume produk militer yang mereka pasok, mereka benar-benar mempengaruhi intensitas pertempuran," kata Budanov.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataannya disampaikan saat pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjanji untuk memperdalam hubungan dengan Rusia, saat dia mengadakan pembicaraan dengan kepala keamanan Sergei Shoigu yang sedang berkunjung.
Kyiv telah memantau pengiriman senjata dari Pyongyang ke Moskow dan merasakan dampaknya di medan perang.
"Ada korelasi langsung. Mereka memasok amunisi artileri dalam jumlah besar, yang sangat penting," lanjut Budanov.
Selain bantuan asing, Moskow juga berinvestasi dalam persenjataannya sendiri, termasuk dengan mengembangkan dan meningkatkan produksi rudal Iskander.
"Kami sekarang jelas melihat penggunaan Iskander-M secara besar-besaran," kata Budanov.
"Bom berpemandu adalah masalah besar. Produksinya telah ditingkatkan beberapa kali lipat," Budanov menambahkan.
Bom udara tersebut menampung sekitar setengah ton bahan peledak dan dapat dijatuhkan dari jarak yang jauh, sehingga memungkinkan pesawat Rusia menghindari pertahanan udara.
Untuk melawan serangan Rusia yang berkelanjutan, Kyiv telah mengembangkan produksi senjatanya sendiri, sambil meminta peningkatan dukungan Barat.
Sekutu Barat selama perang ragu-ragu sebelum meningkatkan bantuan ke Ukraina karena mereka berusaha menghindari konfrontasi langsung dengan Moskow.
Amerika Serikat dan Inggris sekarang sedang mempertimbangkan apakah akan membiarkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh untuk menyerang target yang lebih dalam di Rusia, yang menjadi permintaan utama dari Kyiv.
"Tidak akan ada (eskalasi), tidak ada yang memperburuk situasi ini," kata Budanov," kata dia.
Budanov berspekulasi bahwa Rusia akan mencoba mengakhiri perangnya dengan Ukraina sebelum tahun 2026, karena potensi masalah ekonomi, sebagian karena sanksi Barat dan perlunya gelombang mobilisasi baru.
Ia berjanji untuk terus berjuang. Dia menyebut Ukraiana tidak punya pilihan lain.
"Kami berjuang demi tanah kami, kami tidak punya pilihan lain di sini. Nah, Anda tidak bisa hanya mengatakan itu: Anda tahu, saya lelah," kata dia.
"Tidak seperti itu cara kerjanya. Itulah kekuatan kami," imbuhnya.
(lir/lir)