ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Otoritas Jerman berencana mendeportasi pemimpin sebuah pusat Islam, yang dilarang pada bulan Juli lalu karena dugaan hubungan dengan kelompok ekstremis. Demikian disampaikan juru bicara Kementerian Dalam Negeri pada hari Kamis (29/8).
Sebelumnya, para penyelidik menggerebek Pusat Islam Hamburg lima minggu lalu, setelah menyimpulkan bahwa pusat Islam itu adalah "organisasi ekstremis Islam" yang memiliki hubungan dengan Iran dan kelompok Hizbullah di Lebanon.
Dilansir kantor berita AFP, Kamis (29/8/2024), juru bicara Kementerian Dalam Negeri Jerman mengatakan, bahwa Mohammad Mofatteh, mantan direktur pusat tersebut, telah diperintahkan untuk meninggalkan Jerman dalam waktu 14 hari. Dia terancam dideportasi jika ia tidak mematuhinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria berumur 57 tahun itu tidak akan diizinkan masuk kembali ke Jerman, dan dapat menghadapi hukuman penjara hingga tiga tahun jika ia melakukannya.
Andy Grote, menteri dalam negeri untuk negara bagian Hamburg, mengatakan deportasi Mofatteh adalah "langkah logis berikutnya" terhadap Pusat Islam Hamburg.
"Sebagai perwakilan tinggi agama dari rezim yang tidak manusiawi di Teheran, waktu dia di Jerman telah berakhir," kata Grote.
Saat melarang pusat tersebut pada bulan Juli, Kementerian Dalam Negeri Jerman menuduhnya sebagai "perwakilan langsung pemimpin tertinggi Iran" dan menyebarkan ideologi Teheran "dengan cara yang agresif dan militan".