ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, tewas akibat serangan rudal di Teheran, Iran. Rusia hingga China mengutuk pembunuhan terhadap pimpinan Hamas itu.
Seperti dilansir AFP, Rabu (31/7/2024), kantor berita Iran, Fars News Agency, melaporkan bahwa Haniyeh yang sedang berada di Teheran usai menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7). Dia tewas akibat "serangan rudal yang diluncurkan dari udara" di kediaman di Iran, pada Rabu (31/7).
"Haniyeh, yang datang ke Iran untuk menghadiri seremoni pelantikan presiden, sedang tinggal di salah satu kediaman khusus veteran perang di Teheran bagian utara, ketika dia menjadi martir oleh sebuah rudal yang diluncurkan dari udara," kata berita Fars dalam laporannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Negara-negara dunia pun bereaksi atas tewas Haniyeh. China, Palestina, Turki hingga Rusia memberikan kecaman.
Presiden Palestina Kutuk Pembunuhan Haniyeh
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengutuk keras pembunuhan pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh. Abbas menyebut pembunuhan Haniyeh sebagai "tindakan pengecut".
"Presiden Mahmoud Abbas dari Negara Palestina mengutuk keras pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, menganggapnya sebagai tindakan pengecut dan eskalasi yang serius," demikian pernyataan kantor Presiden Palestina, seperti dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA dan dilansir Al Arabiya, Rabu (31/7).
"Dia mendesak rakyat kami dan pasukan mereka untuk bersatu, tetap bersabar, dan berdiri teguh melawan pendudukan Israel," imbuh pernyataan tersebut.
Rusia: Pembunuhan Politik yang Tak Bisa Diterima
Pemerintah Rusia turut mengomentari kematian Ismail Haniyeh dalam serangan di Iran. Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Mikhail Bogdanov, menyebutnya sebagai "pembunuhan politik yang tidak bisa diterima".
Seperti dilansir Reuters, Rabu (31/7), Bogdanov juga memperingatkan bahwa kematian Haniyeh akan meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah.
"Ini adalah pembunuhan politik yang benar-benar tidak dapat diterima, dan ini akan memicu peningkatan ketegangan lebih lanjut," sebut Bogdanov dalam pernyataannya seperti dikutip kantor berita RIA.
Lebih lanjut, dia menyebut bahwa pembunuhan Haniyeh akan berdampak negatif pada perundingan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Rusia diketahui menjalin hubungan dengan negara-negara Arab, Iran dan kelompok Hamas. Moskow sering menyampaikan kecaman atas rentetan tindak kekerasan di kawasan tersebut, dan menuduh Amerika Serikat (AS) mengabaikan perlunya negara Palestina yang merdeka.
Simak Video 'Hamas soal Ismail Haniyeh Tewas: Israel Harus Membayar Harganya!':