ARTICLE AD BOX
Beirut -
Israel menegaskan tidak bermaksud memicu eskalasi konflik di kawasan setelah melancarkan serangan udara mematikan terhadap wilayah pinggiran Beirut di Lebanon, yang menewaskan 14 orang, termasuk seorang komandan top Hizbullah.
Tel Aviv menuduh komandan top Hizbullah yang tewas dalam serangannya itu sedang merencanakan serangan ke wilayahnya, yang mirip dengan serangan mematikan Hamas pada Oktober tahun lalu.
Kelompok Hizbullah telah mengonfirmasi salah satu komandan seniornya yang bernama Ibrahim Aqil terbunuh di area Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut, dalam apa yang disebut sebagai "pembunuhan yang berbahaya oleh Israel".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Aqil, beberapa komandan senior Hizbullah lainnya tewas dalam serangan pada Jumat (20/9) waktu setempat itu. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan serangan udara itu melukai 66 orang lainnya, dengan sembilan korban luka di antaranya dalam kondisi kritis.
Militer Israel, dalam pernyataannya seperti dilansir AFP, Sabtu (21/9/2024), menegaskan pihaknya "tidak bertujuan" untuk semakin meningkatkan ketegangan di kawasan setelah melancarkan serangan udara yang menewaskan komandan penting Hizbullah di pinggiran Beirut.
"Kami tidak bertujuan untuk memicu eskalasi secara luas di kawasan ini. Kami beroperasi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (dalam perang) dan akan terus melakukannya," tegas juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, dalam konferensi pers.
Aqil yang tewas di tangan Israel itu disebut menjabat sebagai komandan unit elite Radwan, dan merupakan anggota badan militer tertinggi Hizbullah, Dewan Jihad. Dia menjadi anggota kedua Dewan Jihad yang terbunuh dalam serangan Israel, setelah Fuad Shukr yang tewas dalam serangan Tel Avi pada Juli lalu.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.