ARTICLE AD BOX
Paris -
Pembukaan Olimpiade Paris 2024 menimbulkan kontroversi terkait parodi lukisan Perjamuan Terakhir karya Leonardo Da Vinci. Penyelenggara Olimpiade Paris 2024 meminta maaf kepada umat Katolik dan Kristen.
Dilansir Reuters, Senin (29/7/2024), pada segmen tersebut, sejumlah model transgender dan penyanyi telanjang yang menyerupai dewa anggur Yunani, Dionysus, tampak memparodikan 'Perjamuan Terakhir'.
"Jelas tidak pernah ada niat untuk menunjukkan rasa tidak hormat kepada kelompok agama mana pun. (Upacara pembukaan) mencoba merayakan toleransi masyarakat," kata juru bicara Paris 2024 Anne Descamps dalam konferensi pers.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami yakin ambisi ini tercapai. Jika ada pihak yang tersinggung, kami benar-benar minta maaf," terangnya. Komite Olimpiade Internasional menyoroti klarifikasi penyelenggara Olimpiade Paris 2024.
Direktur artistik upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024, Thomas Jolly, mengatakan adegan tersebut tidak terinspirasi oleh Perjamuan Terakhir. Segmen itu, katanya, hanya menggambarkan pesta pangan yang dikaitkan dengan dewa-dewa Olympus.
"Anda tidak akan pernah menemukan dalam karya saya keinginan untuk merendahkan siapa pun atau apa pun," kata Jolly kepada stasiun penyiaran BFMTV.
Salah satu aktor transgender yang turut andil dalam pembukaan Olimpiade Paris 2024, Hugo Bardin, merasa kecewa karena penyelenggara Olimpiade Paris 2024 merasa harus meminta maaf.
"Permintaan maaf berarti mengakui kesalahan, mengakui bahwa Anda sengaja melakukan sesuatu yang merugikan, padahal sebenarnya tidak demikian," kata Bardin.
"Yang meresahkan orang-orang bukanlah karena kami mereproduksi lukisan ini. Yang mengganggu orang-orang adalah orang-orang queer yang mereproduksinya," lanjutnya.
Gereja Katolik di Prancis menyesalkan parodi 'Perjamuan Terakhir' di Olimpiade Paris 2024. Gereja Katolik menyorot upacara yang "meliputi adegan cemohan dan ejekan terhadap agama Kristen".
Pejabat tertinggi Katolik di Malta sekaligus pejabat kantor doktrinal Vatikan, Uskup Agung Charles Scicluna, mengatakan ia telah menghubungi duta besar Prancis untuk Malta untuk menyampaikan keluhan tentang "penghinaan yang tidak beralasan" tersebut.
"Kami ingin berbicara tentang keberagaman. Keberagaman berarti kebersamaan. Kami ingin melibatkan semua orang, sesederhana itu," ujarnya kepada wartawan, Sabtu (27/7).
Simak juga Video: Lihat Lagi Momen Korsel Dipanggil Korut di Pembukaan Olimpiade Paris
(isa/imk)