ARTICLE AD BOX
Moskow -
Pemerintah Rusia turut mengomentari kematian pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dalam serangan di Iran. Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Mikhail Bogdanov, menyebutnya sebagai "pembunuhan politik yang tidak bisa diterima".
Seperti dilansir Reuters, Rabu (31/7/2024), Bogdanov juga memperingatkan bahwa kematian Haniyeh akan meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah.
"Ini adalah pembunuhan politik yang benar-benar tidak dapat diterima, dan ini akan memicu peningkatan ketegangan lebih lanjut," sebut Bogdanov dalam pernyataannya seperti dikutip kantor berita RIA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, dia menyebut bahwa pembunuhan Haniyeh akan berdampak negatif pada perundingan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Rusia diketahui menjalin hubungan dengan negara-negara Arab, Iran dan kelompok Hamas.
Moskow sering menyampaikan kecaman atas rentetan tindak kekerasan di kawasan tersebut, dan menuduh Amerika Serikat (AS) mengabaikan perlunya negara Palestina yang merdeka.
Kematian Haniyeh telah dikonfirmasi oleh kelompok Hamas, yang menyebut pemimpin mereka itu tewas dalam serangan Israel di Teheran setelah menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian.
"Saudara-saudara, para pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, pemimpin gerakan ini, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah dia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran)," sebut kelompok Hamas dalam pernyataannya.
Simak Video 'Pemimpin Hamas Dikabarkan Tewas Terbunuh di Iran':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.