Profil Yahya Sinwar Pemimpin Baru Hamas Usai Ismail Haniyeh Tewas

3 months ago 46
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Hamas menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin politik barunya menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas terbunuh di Teheran. Sosok Yahya Sinwar dijuluki 'dead man walking' atau 'orang mati berjalan'.

Dilansir AFP, Rabu (7/8/2024), seorang pejabat senior Hamas kepada AFP mengatakan, dengan memilih Sinwar sebagai kepala kelompok, Hamas "mengirim pesan yang kuat kepada pendudukan bahwa Hamas melanjutkan jalur perlawanannya".

Sinwar dituduh mendalangi serangan kelompok tersebut pada 7 Oktober, yang terburuk dalam sejarah Israel, yang menewaskan 1.198 orang dan menyandera 251 orang menurut penghitungan AFP dan angka resmi Israel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah serangan 7 Oktober, juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Richard Hecht menyebut Sinwar sebagai "wajah kejahatan" dan menyatakannya sebagai "orang mati yang berjalan". Meskipun Sinwar tidak terlihat lagi sejak saat itu.

Lahir di Khan Younis

Sinwar lahir di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza selatan. Sinwar bergabung dengan Hamas ketika Sheikh Ahmad Yassin mendirikan kelompok tersebut sekitar waktu intifada Palestina pertama dimulai pada tahun 1987.

Sinwar mendirikan aparat keamanan internal kelompok tersebut pada tahun berikutnya dan kemudian memimpin unit intelijen yang didedikasikan untuk mengusir dan menghukum tanpa ampun --terkadang membunuh-- warga Palestina yang dituduh memberikan informasi kepada Israel.

Sinwar merupakan lulusan Universitas Islam di Gaza. Ia mempelajari bahasa Ibrani dengan sempurna selama 23 tahun di penjara Israel dan disebut memiliki pemahaman yang mendalam tentang budaya dan masyarakat Israel.

Sinwar menjalani empat hukuman seumur hidup atas pembunuhan dua tentara Israel, ketika ia menjadi yang paling senior dari 1.027 warga Palestina yang dibebaskan sebagai ganti tentara Israel Gilad Shalit pada tahun 2011.

Sinwar kemudian menjadi komandan senior di Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer Hamas, sebelum mengambil alih kepemimpinan keseluruhan gerakan di Gaza.

Sementara pendahulunya, Haniyeh, telah mendorong upaya Hamas untuk menampilkan wajah moderat kepada dunia, Sinwar lebih suka memaksakan masalah Palestina ke depan dengan cara yang lebih keras.

(yld/zap)

Read Entire Article