ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Sheikh Hasina pernah membantu menyelamatkan Bangladesh dari kekuasaan militer, tetapi masa kekuasaannya yang panjang, berakhir tiba-tiba pada hari Senin (5/8), ketika para pengunjuk rasa menyerbu istananya di Dhaka, ibu kota Bangladesh.
Selama 15 tahun berturut-turut kekuasaannya ditandai dengan kelahiran kembali ekonomi, tetapi juga penangkapan massal lawan politik, dan sanksi-sanksi HAM terhadap pasukan keamanannya.
Aksi protes dimulai pada bulan Juli dengan unjuk rasa yang dipimpin oleh mahasiswa terhadap kuota pekerjaan pegawai negeri. Aksi protes itu segera meningkat menjadi kerusuhan yang mematikan dan tuntutan agar dia mundur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan terhadap demonstran oleh polisi dan kelompok mahasiswa pro-pemerintah bulan lalu, juga memicu kecaman internasional.
Dilansir kantor berita AFP, Senin (5/8/2024), Hasina (76) memenangkan masa jabatan kelima sebagai perdana menteri pada bulan Januari lalu. Namun, oposisi memboikot pemungutan suara yang menurut mereka tidak bebas dan adil.
Para kritikus menuduh pemerintahannya melakukan serangkaian pelanggaran hak asasi manusia, termasuk pembunuhan aktivis oposisi.
Putri seorang revolusioner yang memimpin Bangladesh menuju kemerdekaan, Hasina memimpin pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat di negara yang pernah dianggap oleh negarawan Amerika Serikat Henry Kissinger sebagai "kasus yang tidak dapat diperbaiki".
Tahun lalu ia berjanji untuk mengubah seluruh Bangladesh menjadi "negara yang makmur dan maju". Namun, sekitar 18 juta pemuda Bangladesh menganggur, menurut data pemerintah.
- Kebangkitan ekonomi -
Hasina masih berusia 27 tahun dan sedang bepergian ke luar negeri ketika para perwira militer pemberontak membunuh ayahnya, perdana menteri Sheikh Mujibur Rahman, dan ibunya serta tiga saudara lelakinya dalam kudeta tahun 1975.
Enam tahun kemudian, Hasina kembali untuk mengambil alih kendali partai Liga Awami milik ayahnya, memulai perjuangan selama satu dekade yang mencakup masa tahanan rumah yang panjang. Hasina bergabung dengan Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) milik Khaleda Zia untuk membantu menggulingkan diktator militer Hussain Muhammad Ershad pada tahun 1990.