ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Badan kesehatan masyarakat Swedia mencatat kasus pertama varian baru Mpox atau Cacar Monyet. Orang tersebut terinfeksi saat tinggal di suatu wilayah di Afrika.
Dilansir BBC, Kamis (16/8/2024), berita tersebut muncul beberapa jam setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah Mpox di beberapa wilayah Afrika menjadi darurat kesehatan masyarakat. Fenomena itu pun menjadi perhatian internasional.
Setidaknya 450 orang meninggal selama wabah awal di Republik Demokratik Kongo. Penyakit tersebut puan telah menyebar ke wilayah Afrika bagian tengah dan timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Olivia Wigzell, penjabat kepala badan kesehatan masyarakat Swedia, orang yang terinfeksi telah mencari perawatan di wilayah Stockholm. Terdapat fakta bahwa mereka menerima perawatan di Swedia tidak berarti ada risiko bagi populasi yang lebih luas.
Cacar Monyet ditularkan melalui kontak dekat, seperti seks, kontak kulit ke kulit, dan berbicara atau bernapas di dekat orang lain. Penyakit ini menyebabkan gejala mirip flu, lesi kulit, dan dapat berakibat fatal, dengan empat dari 100 kasus berujung pada kematian.
Ada dua jenis mpox, Klade 1 dan Klade 2. Meskipun Klade 2 menyebabkan keadaan darurat kesehatan masyarakat pada tahun 2022, penyakit ini tergolong ringan dan sekitar 300 kasus telah teridentifikasi di Swedia.
Badan kesehatan masyarakat Swedia mengatakan Klade 1 kemungkinan besar terkait dengan "peningkatan penyakit yang lebih parah dan angka kematian yang lebih tinggi,".
Dikatakan bahwa Klade 1 lebih sering menyebar melalui kontak dekat dalam rumah tangga dan sering kali ke anak-anak, sedangkan varian yang lebih ringan terutama menyebar melalui hubungan seksual.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa mengatakan gejala cacar monyet biasanya muncul 6-13 hari setelah infeksi. Pasien akan mengalami demam dan sakit kepala, ruam atau luka, dan nyeri otot.
Kebanyakan orang mengalami gejala ringan hingga sedang yang diikuti oleh pemulihan penuh, tetapi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah memiliki risiko lebih besar.
(aik/eva)