ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Pembunuhan oleh tentara Zionis terhadap warga Jalur Gaza Palestina belum berakhir. Sudah terlalu banyak orang tewas dan gencatan senjata sangat dibutuhkan Gaza. Hamas menuding Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu sengaja menghindari gencatan senjata.
Laporan pekan lalu dari otoritas Gaza menyebutkan sudah 40.005 orang tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023 lalu. Sampai hari ini, Gaza masih mencekam dan sangat butuh penghentian peperangan alias gencatan senjata.
Kondisi Gaza sudah hancur lebur. Bahkan daerah pengungsian di Rafah yakni bagian selatan Gaza juga tak luput menjadi sasaran Israel. Terbaru, kawasan Gaza bagian tengah dihantam serangan udara pada Sabtu (17/8) dini hari dan mengakibatkan 15 orang tewas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Palestinians make their way to return to neighborhoods in the eastern side of Khan Younis after Israeli forces pulled out from the area in the southern Gaza Strip on July 30, 2024. (Reuters) Foto: Reuters
Sementara itu, para elite negara-negara yang berkepentingan masih saja berunding di Doha, Qatar. Ada elite Israel, Palestina, dan negara-negara mediator konflik yakni Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar. Mereka berunding mencari titik temu untuk memulai gencatan senjata, tapi belum juga mereka mencapai sepakat.
Perundingan gencatan senjata tersebut seperti mengulur-ulur waktu sementara Gaza semakin meregang nyawa. Belum lagi, sikap Israel yang mencla-mencle. Di satu waktu bersepakat dengan draf gencatan senjata versi tertentu, di lain waktu tidak setuju dan memilik draf gencatan senjata versi lain.
Misalnya seperti berita yang dilansir AFP, Sabtu (17/8) lalu. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah menyerahkan draf ke perundingan gencatan senjata. Hamas dari Gaza Palestina dan rezim Zionis Israel sempat bersepakat atas draf dari Joe Biden versi 2 Juli.
Namun selanjutnya, Israel berubah pikiran. Mereka menjadi tidak bersepakat dengan draf Joe Biden versi 2 Juli itu. Mereka lebih memilih draf Joe Biden versi 27 Mei dan memaksa Hamas untuk sepakat juga dengan draf versi Mei itu. Waktu gencatan senjata molor lagi, Jalur Gaza semakin 'menjerit' menahan perih luka rudal yang sebenarnya rasa sakitnya sudah tak tertahankan.
Hamas menolak draf gencatan senjata dari Joe Biden versi Mei karena ada syarat-syarat yang tidak mereka sepakati. Dituturkan sumber tersebut kepada AFP bahwa "persyaratan baru" yang ditolak Hamas itu mencakup penempatan pasukan Israel di dalam Jalur Gaza di sepanjang perbatasan wilayah itu dengan Mesir.
Kemudian, Hamas juga emoh dengan syarat tertentu soal pembebasan tahanan Palestina dari penjara-penjara israel namun dengan imbalan pembebasan sandera Israel di Gaza. Israel juga menuntut hak veto pertukaran tahanan dan hak mendeportasi tahanan daripada memulangkan mereka ke Gaza.
Keinginan Hamas yang mendasar adalah "gencatan senjata sepenuhnya, penarikan total (pasukan Israel) dari Jalur Gaza, pemulangan para pengungsi secara normal dan kesepakatan pertukaran (tahanan-sandera) tanpa pembatasan".
Halaman selanjutnya, Hamas sebut Netanyahu halangi gencatan senjata: